A.Judul
Upaya Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan dengan Metode Demontrasi Dalam Bermain Sepak Bola Pada Siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis tahun pelajaran 2009/2010
B.
Nama Penulis
Srie Rohayati, S.Pd.
C.Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata
kunci: Prestasi Belajar Penjas, Metode Demonstrasi
Kecepatan dan kelincahan adalah model
dasar dalam berpain sepakbola dan bagi pemain merupakan modal sukses untuk
mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan gola.Dengan kemampuan kecepatan akan memudahkan pemain
dalam rangka membawa bola.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam
penelitian ini adalah: (a) Bagimanakah meningkatkan prestasi penguasaan dasar-dasar sepakbola
bagi siswa dalam diterapkannya metode demontrasi? (b) Bagaimana pengaruh metode
demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa?
Tujua dari penelitian ini adalah (a)
Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar sepakbola pada siswa
setelah diterapkannya metode demonstrasi, (b) mengetahui motivasi belajar
dasar-dasar sepakbola setelah diterapkannya metode demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari
dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan. Refleksi dan refisi
Sasaran penelitian ini adalah Siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis, dari data diperoleh berupa hasil tes praktik , lembar observasi kegiatan belajar
mengajar
Dari hasil analisa didapat bahwa
prestasi belajar siswa mengalami
peningkatakan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (61.54%), siklus
II (89,74%) untuk ranah psikomotro, siklus I (84,62%). Siklus II (100%) untuk
ranah afktif
Simpulan dari penelitian ini adalah
metode demonstrasi dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar
siswaKelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis,
serta model pembejalaran dapat digunakan sebagai salah satu alternative penjas.
D.Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Sepakbola adalah salah satu jenis olah raga yang sangat digemari orang seluruh
dunia. Olah raga ini sangat universal.
Selain digemari orang laki-laki olah
raga ini juga digemari para perempuan tidak hanya tua muda bahkan anak-anak
Sejak tahun 1990 an olah raga ini mulai digunakan untuk para wanita meskipun sebelumnya olah raga ini
hanya diperuntukkan bagi kaum pria.
1
|
Olah raga ini menjadi sangat
menarik karena selain hanya memperebutkan sebuah bola dilapangan dengan
menggunakan kaki tetapi juga terlihat gaya-gaya permainannya dalam
memperebutkan bola untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Oleh
karena olah raga ini melibatkan banyak orang tentunya
kerjasama team yang baik sangat dibutuhkan selain teknik bermain yang baik.
Hanya para atlet sepak bola mania Negara yang sukses membina
karier di bidang olah raga ini. Tentunya diperlukan usaha dan latihan yang
keras untuk menjadi atlet sepak bola yang handal dan profesional.
“goallll……!” teriakan ini sungguh identik dengan sepakbola siapapun
yang berteriak “goal” dapat
dipastikan akan mengangkat tangan, berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka
lebar, mata berbinar-binar, hati berbunga-bunga dan diakhiri dengan tengok
kanan, tengok kiri sambil mengulurkan tangan dan suara gemuruh . hal ini
sungguh kontradiksi dengan sebagian orang yang ada di tempat yang sama yang
tidak bisa berteriak”goal.” Mereka
duduk diam, kaget, gelisah, kecewa, dengan tangan di depat mulut, sambil mengigit
jari dengan muka yang pucat. Sebagian lain berteriak langkat, mengutuki,
menyumpahi, protes keras, pemandangan seperti ini selalu ada di dalam
permaianan sepak bola, baik di kampung, halaman rumah, sekolah , lapangan kecil
atau di stadion yang megah.
Olah raga ini juga dilakukan anak
kecil, anak-anak, remaja , pemuda , orang dewasa, pria bahkan wanita. Sepakbola
sungguh popular di mata masyarakat, dari pelosok desa hingga kota besar di
seluruh dunia.
Sepak bola merupakan olah raga yang simple, sederhana dan murah. Bahkan hampir tidak memerlukan
biaya.Namun bila pertandingan yuang professional, olah raga ini biayanya bisa
terbesar dari aneka cabang olah raga lainnya. Untuk mengelola dan menghidupi sebuah klub sepak bola bisa
memakan biaya milyaran rupiah. Di satu pihak sepak bola dikatakan hampir tidak
memerlukan biaya, karena alat dan sarana yang
dibutuhkan hanya satu benda bulat dan tanah lapang. Benda bulat yang
disebut bola itu bisa bola yang mahal,
(bola karet), bola plastic, jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas, serabut
kelapa, yang pengelola harus mengadakan
studi banding, harus tanggap akan anak asuhnya, mau belajar dari pengalaman
pahit, sekkaligus berusaha membuktikan pengelolaan yang lebih professional.
Bila dikaji bersama pola permainan
sepak bola. Itu sederhana, pola permainan hanya menyerang (Attacktion), mempertahankan (defention)
dan menyusun posisi strategi ini, keahlian dan keterampilan masing-masing
pemain tampak jelas, kemauan membawa bola , menggiring bola, merebut bola, mempertahankan bola,
mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh individu pemain untuk diterapkan dalam
kerja sama antara pemain.
Tiap pemain harus punya kemampuan DK4, maksudnya daya tahan
tubuh, kekuatan, kelenturasn, kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor ini harus dimiliki para pemain untuk
mengembangkan ke posisi puncak. Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk
dikaji bersama adalah faktor kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan
ini dapat dibentuk dari dalam diri (pembawaan) atau dari luar diri (karena
mampu mengkombinasikan dari segala teknik yang dimiliki)
Mempunyai kecepatan dan kelincahan
yang lebih, bagi setiap pemain merupakan mudah dan sukses untuk mencetak gol,
dan mempertahankan kemasukan bola. Dengan kemampuan kecepatan dan kelincahan
akan memudahkan pemain tersebut dalam rangka membawa bola (menggiring bola) ke
hadapan gawang lawan.
Seorang pemain yang mempunyai
kelincahan dan kecepatan yang bagus, bola yang digiring bagaikan lekat di kaki
dan tentu mudah melewati halangan lawan dan tidak mudah dikelabuhi lawan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas ,
cabang olah raga bola sepak bola menarik untuk dikaji bersama sehingga
perkembangan sepak bola Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu
duduk sejajar dengan club-club di negeri luar. Sedangkan masalah yang khusus
menarik untuk dibahas bersama dengan judul “Upaya Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan dengan Metode Demontrasi Dalam Bermain Sepak Bola Pada Siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamistahun pelajaran 2009/2010”.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. bagaimana
peningkatan prestasi penguasaan
dasar-dasar sepak bola bagi siswa dengan diterapkannya metode demonstrasi?
2. Bagaimanakah
pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar dasar-dasar sepakbola
pada siswaKelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis?
c. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
peningkatan prestasi belajar dasar-dasar bermain sepak bola pada siswa setelah
diterapkan metode demonstrasi.
2. Mengetahui
pengaruh motivasi belajar dasar-dasar bermain sepak bola pada siswa setelah diterapkan metode
demonstrasi.
|
Ada beberapa teknik dasar
dalam permainan sepak bola yang harus
dikuasai oleh pemain , antara lain menendang, menggiring, mengontrol ,
menyundul dan menghentikan bola.
1. Menendang
Bola
Pemain sepak bola harus mampu melakukan gerakan
menendang bola dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi atau bagian kaki yang
akan digunakan. Pada dasarnya cara menendang bola dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
a)
Teknik menendang
dengan kaki bagian dalam
Teknik menendang
dengan kaki bagian dalam dapat
dilakukan sebagai berikut:
1)
Sikap permulaan
Posisi badan harus dengan
bola. Salah satu kaki menumpu di samping bola dengan ujung kaki mengarah ke
depan serta lututnya sedikit ditekuk dan badan agak condng ke depan. Kaki sepak
(tendang) dibuka ke luar selebar 90°
hingga mata kaki mengarah ke depan bola.
Pandangan dipusatkan pada bola yang akan ditendang. Kedua lengan menjaga
keseimbangan.
2)
Gerakan
Kaki tendang ditarik ke
belakang, kemudian diayunkan ke depan mengenai bola dengan menggunakan kaki
bagian dalam tepat pada titik pusat
tendang hingga bola bergerak ke depan.
3)
Sikap akhir
Gerakan selanjutnya
diikut oleh gerak lanjut dari kaki tendang yang diimbangi
anggota tubuh lainnya, kesadaran yang sering terjadi adalah:
(1) Sikap
badan kaki
(2) Kaki
tumpu tidak disamping bola
(3) Badan
kurang condong
(4) Tidak
diikuti gerak lanjut
b)
Teknik menendang bola dengan panggung kaki
Teknik menggunakan punggung kaki
dapat dilakukan sebagai berikut:
1)
Sikap permulaan
Sikap badan di belakang bola
yang menyudut ± 30°. Kemudian pada saat akan menendang bola yang berjarak
sekepal tangan. Bersamaan dengan mengayun kaki tendang bola ke belakang. Badan
sedikit condong ke depan dan kedua lengan menjaga keseimbangan Pandangan dipusatkan ke bola.
2)
Gerakan
Pada saat kaki tendang
mengayun ke depan, kaki mengaruh ke bola, pergelangan kaki di titik tengah,
ujung kaki selangkah ke samping bawah,
kemudian bola ditendang tepat pada sasaran titik pusat tendang
3)
Sikap akhir
Sikap akhir tendangan dukung
oleh gerak lanjut tendang yang diikuti anggota badan seluruhnya.
c)
Teknik menendang dengan punggung kaki adalah sebagai
berikut:
Teknik menedang dengan panggung
kaki adalah sebagai berikut:
1)
Sikap permulaan
Pemain berdiri agak ke belakang
di samping bola dengan jarak kaki tumpu lebih kurang sekepal tangan.Kemudian
gerak kaki tendang ke belakang harus dengan bola.Pandangan kearah tendangan.
2)
Gerakan
Dengan mengayun dan menggerakkan kaki,
tendangan bola sekuat-kuatnya ke depan dengan menggunakan punggung kaki.
3)
Sikap akhir
Sikap akhir dari tendangan diikuti dengan gerak
lanjut kaki tendang dan diikuti oleh anggota tubuh lainnya.
d) Teknik menendang dengan punggung
kaki bagian luar
2. Mengontrol
Bola
Mengontrol bola adalah suatu
upaya untuk meguasai bola sebelum bola dihentikan oleh kaki. Dalam upaya mengontrol bola pemain
harus dalam kondisi siap dengan pengamanan yang tepat agar dapat menguasai bola
sepenuhnya. Setelah bola tersebut terkontrol dengan baik, bola baru dihentikan
Menghentikan bola depan dilakukan
dengan cara
a)
Menghentikan bola dengan telapak kaki
Sebelum menghentikan bola dengan
telapak kaki pemain terlebih dahulu mengontrol bola dan mendekati bola yang
sedang bergerak. Bola tersebut dihentikan dengan telapak kaki, dengan cara
menyongsong bola yang datang, kemudian telapak kaki ditarik ke belakang
bersamaan dengan datangnya bola.
b)
Menghentikan bola dengan punggung kaki
Pada umumnya menghentikan bola
dengan punggung kaki dilakukan jika bola jauh dari udara.Cara menghentikan bola dengan
punggung kaki sebagai berikut:
1)
Pemain bergerak ke arah bola
2)
Tepat di bawah bola melambung, angkatlah kaki ke depan
atas yang digerakkan untuk menghentikan bola dengan punggung kaki.
3)
Tahan bola dengan menggunakan kaki dengan sedikit sentuhan atau tarikan.
4)
Bola jatuh diantara kedua kaki
c)
Menghentikan bola dengan dada
Cara menghentikan bola dengan dada
sebagai berikut
1) Pemain mengontrol bola
yang melayang dengan cermat
2) Majulah untuk menjemput bola
3) Dalam posisi seimbang, dada
dibuka leher dan kedua tangan melebar
4) Tahan bola yang tepat di dada
dengan sedikit sentuhan atau berikan ke belakang
5) Bola jatuh di antara kedua kaki
d)
Menghentikan bola dengan paha
Cara
menghentikan bola dengan menggunakan
paha adalah sebagai berikut:
1) Pemain mengontrol dan menghentikan bola yang
melayang di udara.
2) Pemain bergerak kearah
datangnya bola
3) Tempatkan
tubuh di bawah datangnya bola. Kemudian tekuk lutut hingga bidang datar
paha berada tepat di bawah lambung bola.
4) Angkat
salah satu kaki yang akan digunakan, kemudian tekuk lutut hingga bidang
datar paha berada tepat di bawah
lambungan bola
5) Dengan
sedikit sentuhan, bila dihentikan dengan
paha.
6) Bola
jatuh diantara perut.
e) Menghentikan bola dengan perut
Menahan bola dengan menggunakan perut dapat dilakukan apabila
posisi bola melayang di atas tanah. Caranya sebagai berikut
1) Amati pergerakan bola yang
melayang
2) Bergerak kedepan menjemput bola
3) Dengan menjaga keseimbangan
tahan bola dengan menggunakan perut dengan sentuhan atau menarik perut
kebelakang dan jatuhkan bola antara
kedua kedua kaki.
3. Menggiring
Bola
Menggiring bola adalah suatu
gerakan membawa bola dengan menggunakan
kaki untuk menuju daerah pertahanan lawan
dan untuk mengelak penjagaan lawan.
Ada beberapa cara menggiring bola yaitu menggiring bola menggunakan
punggung kaki bagian dalam dan
menggiring bola menggunakan punggung kaki
bagian luar.
a. Menggiring
Bola Menggunakan Punggung Kaki Bagian
Dalam
Cara melakukannya sebagai berikut:
1. Sikap
permulaan
Posisi badan agak condong ke
depan, punggung kaki bagiandalam dekat bola, paha sedikit ditekuk dan kaki kiri
digunakan untuk bertumpu. Untuk letak kaki tumpu di samping bola dengan sedikit lutut dan kedua lengan
menjaga keseimbangan.
2. Gerakan
Pemain bergerak ke depan
sambil menggiring bola, kaki dan bola sekali-kali bersentuhan, dan kedua kaki
selalu dekat dengan bola. Sesuai irama
langkah dengan bola.
b. Menggiring
Bola Menggunakan Punggung Kaki bagian Luar
Cara melakukannya sebagai berikut:
1. Sikap
permulaan
Salah satu kaki ditempatkan
didepan dengan pergelangkan kaki sedikit diputar kedala, lutuk agak ditekuk dan
kaki lainnya sebagai tumpuan. Sikap badan sedikit condong ke depat dan berat
badan berada di kaki belakang dengan
kedua lengan tergantung rileks
2 Gerakan
Pemain bergerak ke depan
dengan kedua kaki selalu berdekatan dengan bola. Persentuhan bola dengan kaki
tepat pada bagian kaki bagian luar.
4. Menyundul Bola
Menyundul bola adalah saat
upaya mengambil bola yang melayang di
udara dengan dengan menggunakan kepala.
Daerah pernekaan bola dan
kepala pada saat akan melakukan sebuah sundulan adalah kening, karena kening
merupakan bagian yang terkuat dari kepala.
a. Menyundul
Dengan Awalan Melompat
Cara menyundul dapat dilakukan
sebagai berikut
1. Sikap
permulaan
Pemain berdiri dari posisi
seimbnag menghadap sasaran.Pandangan mengarah dan mengontrol bola yang berada
di udara.
2. Gerakan
Bergeraklah mendekati bola
setelah berjarak satu meter antara kepala dan bola, lalu melompat untuk
melakukan sundulan dengan menguatkan
leher. Sundulan bola dilakukan dengan kepala atau kening.Mendaratlah dengan
tumpuan kaki.
b. Menyundul bola tanda awalan
Cara melakukannya adalah sebagai
berikut:
1. Sikap
permulaan
Pemain berdiri dalam posisi
seimbnag menghadap kearah bola yang datang. Kedua kaki di buka sejajar dan pandangan
kea rah bola. Kedua lengan terbuka ke samping tetapi rileks
2. Gerakan
Bola kira-kira satu meter
didepan kepala dengan melengkungkan sedikit ke belakang otot leher. Kemudian
gerakan bola ke depan sehingga kepala
menyudul bola.
5. Merebut
bola dari kaki lawan
Merebut bola adalah usaha
untuk menguasai atau menghadang bola dari pengguasaan lawan.Hal itu biasanya
dilakukan ketika pemain sedang berada dalam posisi bertahan. Teknik merebut
bola dapat dibedakan menjadi:
a. Merebut
bola dari posisi depan
b. Merebut
bola dari posisi samping
c. Mererbut
bola sambilo meluncur
d. Merebut
bola dengan menggunakan bahu
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh pemain dalam mererbut bola, yaitu:
a. Konsentrasi
dan pandangan selalu mengarah pada bola
b. Saat
menghadapi bola, dibutuhkan ketenangan dan keseimbangan
c. Dituntut
ketepatan dalam merampas bola
d. Ketika
melakukan perebutan bola, tidak boleh melakukan pelanggaran.
F. Metode
Demonstrasi
Penggunaan
metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk
mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan
yang sesungguhnya.Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru
atau pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan
melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru atau pelatih.
Metode demonstrasi ini sangat
efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti Bagaimana
Prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik?Bagaimana dapat
diketahui kebenarannya?Melalui pengamatan induktif.
Metode demonstrasi dapat dilaksanakan:
1. Manakala
kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang atau latihan
2. Bila
materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk
melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing dan prosedur
melaksanakan suatu kegiatan.
3. Manakala
guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan akan pelaksanaan suatu
prosedur maupun dasar teorinya.
4. Pengajar
bermaksu menunjukkan suatu standar penampilan
5.
Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktif yang kita laksanakan.
6. Untuk
dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingka dengan kegiatan hanya
mendengar ceramah atau membaca di dalam buku , karena siswa memperoleh gambaran
yang jelas atau eksperimen.
7. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan
pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen.
8. Bila
siswa turut aktif bereksperimen maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman
praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan
dari lingkungan social.
Batas-batas metode demonstrasi
1. Demonstrasi
akan merupakan metode yang todak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak
dapat diamati dengan seksama oleh siswa
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti
dengan sebuah aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan
menjalankan aktivitas itu pengalaman pribadi
3. Tidak
semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok
4. Kadang-kadang
bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan terjadi proses
yagn berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
5. Manakala
setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak dan
membosankan bagi peserta yang lain.
G. Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan (action
research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran
di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam titik
sugiarti, 1997:8) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian
tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteratif
dan (4) penelitian tindakana social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini
menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan guru mata diklat dan di dalam proses belajar mengajar dikelas yang
bertinak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneiti bertindak
sebagai pengamat, penanggung jawab penuh
penelitian tindakan adalah
pengamat (peneliti). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat
dala penelitian mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata diklat, kehadiran peneliti
sebagai guru di tengah-tengah proses belajar
mengajar sebagai pengamat diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini
diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang
seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
b. Teknik Pengumpulan Data
Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan
metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa
dan tes praktek.
c. Teknik Analisa Data
Untuk
mengetahui efektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu
diadakananalisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai sisw juga untuk memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajran
Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar
setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes praktek
pada setiap akhir putaran,
Analisa ini dihitung dengan menggunakan
statistic sederhana yaitu:
1. Untuk
menilai tes praktek
Peneliti melakukan
penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan
Dengan
= Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Adadua
kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah mencapai daya serap
dari sama dengan
Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:
3. Untuk
lembar observasi
a. Lembar
observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen
untuk menghitung lembar
observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana : P1 = pengamatan
1 dan P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar
observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
% =
dengan
Dimana: % = persentase angket
= Rata-rata
= Jumlah Rata-rata
P1 = Pengamat
1
P2 = Pengamat 2
5. Untuk
menghitung persentase angket digunakan rumus sebagai berikut:
dimana P = Persentase
Z = Alternatif
jawaban (A,B,C,D)
N = Jumlah
responden
6. Aspek
yang diamati
Mengadakan analisis terhadap
data hasil pengamatan yanbg menggunakan rating scale, hal ini dimaksudkan
apakah penelitian bisa dihentikan atau dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
a. Ranah
Psikomotor
skala peniloaian yang digunakan
sesuai dengan instrument yang telah direncanakan, yaitu antara 1-3 (1= kurang
tepat, 2 = cukup dan 3 = tepat) untuk aspek penilaian. Hal ini berarti bahwa:
- Skor
minima yang diperoleh siswa adalah : 1 x
4 =4
- Skor
maksimal yan diperoleh siswa adalah : 3 x 4 = 12
- Medium
skor adalah :
- Dibuat
rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai pedoman penilaian.
Tabel
3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor
No
|
Rentang
skor
|
Nilai
Rapor
|
Predikat
|
1
|
11-12
|
A
|
Baik
sekali
|
2
|
9-10
|
B
|
Baik
|
3
|
7-8
|
C
|
Cukup
|
4
|
5-6
|
K
|
Kurang
|
5
|
3-4
|
KS
|
Kurang
sekali
|
Mutu Pembelajaran dikatakan baik apabila siswa yang mendapat
nilai diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa
b. Ranah
Afektif
Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan instrumen yang telah direncakanakan yaitu antara 1-4
(1= kurang baik, 2 cukup baik, 3 = baik, 4 = sangat baik) untuk 3 aspek penilaian. Hal ini berarti bahwa:
- Skor
minima yang diperoleh siswa adalah : 1 x
3=3
- Skor
maksimal yan diperoleh siswa adalah : 4 x 3 =12
- Medium
skor adalah :
- Dibuat
rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai pedoman penilaian.
Tabel
3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor
No
|
Rentang
skor
|
Nilai
Rapor
|
Predikat
|
1
|
11-12
|
A
|
Baik
sekali
|
2
|
9-10
|
B
|
Baik
|
3
|
7-8
|
C
|
Cukup
|
4
|
5-6
|
K
|
Kurang
|
5
|
3-4
|
KS
|
Kurang
sekali
|
Mutu Pembelajaran dikatakan baik apabila siswa yang mendapat
nilai diatas C mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa.
H.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan
pembelajaran metode demostrasi dan
lembar observasi aktivitas siswa.
b. Tahap
kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2009 di
kelas 1 dengan jumlah siswa 40 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I
No
|
Aspek
yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
2
2
|
2
3
|
2
2,5
|
B. Kegiatan
Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
|
3
3
3
3
3
|
3
3
3
3
3
|
3
3
3
3
3
|
|
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
|
3
3
|
3
3
|
3
3
|
|
II
|
Pengelolaan Waktu
|
2
|
2
|
2
|
III
|
Antusiasme Kelas
1. Siswa
Antusias
2. Guru
Antusias
|
3
3
|
2
3
|
2,5
3
|
|
Jumlah
|
33
|
33
|
33
|
Keterangan : Nilai : Kriteria
a : Tidak Baik
b : Kurang Baik
c : Cukup Baik
d : Baik
Berdasarkan tabel diatas
aspek-aspek yang mendapatkan criteria kurang baik adalah memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu dan siswa antusias. Keempat
aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan
yang terjadi pada siklusI. dan akan dijadikan bahan kajian untuk
refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II
Hasil observasi
berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut
Tabel
4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada
Siklus I
No No
|
Aktivitas guru yang diamati
|
Persentase
|
1
|
Menyampaikan tujuan
|
5,0
|
2
|
Memotivasi
siswa/merumuskan masalah
|
8,3
|
3
|
Mengkaitkan dengna pelajaran
berikutnya
|
8,3
|
4
|
Menyampaikan
materi/langkah-langkah/strategi
|
6,7
|
5
|
Menjelaskan materi yang
sulit
|
13,3
|
6
|
Membimbing dan mengamati
siswa dalam menemukan konsep
|
21,7
|
7
|
Meminta siswa menyajikan
dan mendiskusikan hasil kegiatan
|
10,0
|
8
|
Memberikan umpan balik
|
18,.3
|
9
|
Membimbing siswa merangkum
pelajaran
|
8,3
|
No
|
Aktivitas siswa yang
diamati
|
|
1
|
Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru
|
22,5
|
2
|
Membaca buku siswa
|
11,5
|
3
|
Bekerja dengan sesame
anggota kelompok
|
18,8
|
4
|
Diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru
|
14,4
|
5
|
Menyajikan hasil
pembelajaran
|
2,9
|
6
|
Mengajukan/menanggapi
pertanyaan/ide
|
5,2
|
7
|
Menulis yang relevan
dengan KBM
|
8,9
|
8
|
Merangkum pembelajaran
|
6,9
|
9
|
Mengerjakan tes evaluasi
|
8,9
|
Berdasarkan tabel di
atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus I adalah
menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep yaitu
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi yang sulit dan membimbing siswa merangkum pelajaran yitu masing-masing sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi yang sulit dan membimbing siswa merangkum pelajaran yitu masing-masing sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %
Pada siklus I, secara
garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif
model Demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih
cukup dominant untuk memberikan
penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah
rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
Siswa Pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar
|
76,15
24
61,54
|
Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa degnan menerapkan metode Demonstasi diperoleh nilai rata-rata
presentasi belajar siswa adalah 76,15 dan ketuntasan belajar mencapai 61,54 %
atau ada 24 siswa dari 39 siswa sudah tuntas belajar. Hasl tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³70 hanya sebesar 61,54%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran metode
demonstrasi.
c. Analisis
data penelitian Siklus I
1. Ranah
Psikomotor
- Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
- Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 15 (38,46%)
- Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24 (61,54%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas 70 sebanyak 61, 54%, secara klasikal termasuk kategori belum
tuntas.
2. Ranah
Afektif
- Siswa yang mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak 26 (66,6%)
- Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas C sebanyak 84,62%, secara klasikal termasuk kategori tuntas.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikt
1. Guru
kurang baik dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru
kurang baik dalam pengelolaan waktu
3. Siswa
kurang bisa antusias selama pembelajaran
berlangsung
e. Revisi
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru
perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru
harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias
lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap in peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2,
soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran metode demonstasi dan
lembar observasi siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 23 September 2009 di kelas 1 dengan jumlah siswa 29
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes
praktek II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel
4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No
|
Aspek
yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
3
3
|
3
4
|
3
3,5
|
B. Kegiatan
Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
|
3
4
4
4
3
|
4
4
4
4
3
|
3,5
4
4
4
3
|
|
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
|
3
4
|
4
4
|
3,5
4
|
|
II
|
Pengelolaan Waktu
|
3
|
3
|
2
|
III
|
Antusiasme Kelas
1. Siswa
Antusias
2. Guru
Antusias
|
4
4
|
3
4
|
3,5
4
|
|
Jumlah
|
41
|
43
|
42
|
Keterangan : Nilai : Kriteria
a : Tidak Baik
b : Kurang Baik
c : Cukup Baik
d : Baik
Dari tabel diatasm
tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang
dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran metode Demonstrasi
mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.Maksudnya dari seluruh
penilaian tidak terdapat nilai kurang.Namun demikian penilaian tersebut belum
merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran
selanjutnya.Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas daam penerapan metode Demokrasi
diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa
yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil
observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No No
|
Aktivitas guru yang diamati
|
Persentase
|
1
|
Menyampaikan tujuan
|
6,7
|
2
|
Memotivasi
siswa/merumuskan masalah
|
6,7
|
3
|
Mengkaitkan dengna
pelajaran berikutnya
|
6,7
|
4
|
Menyampaikan
materi/langkah-langkah/strategi
|
10,7
|
5
|
Menjelaskan materi yang
sulit
|
11,7
|
6
|
Membimbing dan mengamati
siswa dalam menemukan konsep
|
25,0
|
7
|
Meminta siswa menyajikan
dan mendiskusikan hasil kegiatan
|
8,2
|
8
|
Memberikan umpan balik
|
16,6
|
9
|
Membimbing siswa merangkum
pelajaran
|
6,7
|
No
|
Aktivitas siswa yang
diamati
|
Persentase
|
1
|
Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru
|
17,9
|
2
|
Membaca buku siswa
|
12,1
|
3
|
Bekerja dengan sesame
anggota kelompok
|
21,8
|
4
|
Diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru
|
13,8
|
5
|
Menyajikan hasil
pembelajaran
|
4,6
|
6
|
Mengajukan/menanggapi
pertanyaan/ide
|
5,4
|
7
|
Menulis yang relevan
dengan KBM
|
7,7
|
8
|
Merangkum pembelajaran
|
6,7
|
9
|
Mengerjakan tes evaluasi
|
10,8
|
Berdasarkan tabel diatas
tampak bahwa aktivitas guru yuang paling dominant pada siklus II adalah
membimbing dan mengamati siswa melakukan latihan yaitu 25%. Jika
dibandingkan dengan siklus I aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas
guru yang mengalami penurunan adalah
memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7).
Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa
memperbaiki kesalahan (6,7%)
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling diminan pada siklus II adalah praktik menggunakan
alat yaitu (21%). Jika dibandingkan
dengan siklus I, aktivitas ini mengalami
peningkatan . aktivitas siswa yang
mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
(17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa
dengan guru (13,8%), mempraktekkan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan
merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan
aalah memperhatikan peragaan (12,1%) menyajikan
hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%)
dan berlatih bersama siswa lain (10,8%)
Hasil tes praktik siswa
terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil
Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar
|
81,79
35
89,74
|
Berdasarkan tabel di
atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek sebesar 81,79 dan dari 39 siswa yang
telah tuntas sebanyak 35 siswa an 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,74%
(termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan pembelajaran metode demonstrasi sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dala memahami materi yang telah
diberikan.
c. Analisis
data penelitian Siklus II
1. Ranah
Psikomotor
- Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
- Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 (10,36%)
- Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24 (61,53%)
- Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak11 (28,21%)
Berarti siswa yang mendapat
nilai diatas 70 sebanyak 89,74%, secara klasikal termasuk kategori tuntas.
2. Ranah
Afektif
- Siswa yang mendapat nilai C
tidak ada
- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak 13 (33,33%)
- Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 26 (66,67%)
Berarti siswa yang mendapat nilai diatas C mencapai
100% secara klasikal termasuk kategori tuntas
Mengingat hasil observasi
selama siklus II nilai yang diperoleh siswa dalam penilaian kinerja ranah
psikomotorik 89,74% memperoleh nilai diatas 70 dan ranah afektif 100% memperoleh nilai diatas C secara keseluruhan
ranah psikomotorik dan ranah afektif telah tercapai ketuntasan belajar, maka
penelitian ini diakhiri pada siklus II
d. Refleksi
Pada tahap ini akan
dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dngan penerapan pembelajaran metode demonstrasi.
Dari data-data yang telah diperoleh
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. berdasarkasn
data hasiul pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung
3. Kekurangan
pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik
4. Hasil
belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
e. Refisi
Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah
menerapkan pembelajaran metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode demonstrasi dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
4. Analisa
Data Angket
Angket yang diberikan pada
siswa setelah siswa melaksanakan proses
pembelajaran dengan metode demonstrasi (siklus II) dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 36 butir dan jumlah responden
sebanyak 39 siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
metode demonstrasi. Berdasarkan hasil angket siswa pada lampiran diperoleh
hasiol analisi angket motivasi siswa pada tabel berikut:
Tabel
4.7. Angket Siswa Terhadap model Pembelajaran Metode Demonstrasi
No
|
Indicator
|
No pertanyaan
|
Jumlah dalam persen
|
Jumlah rata-rata dalam
persen
|
||||||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|||
I
|
Kegiatan pembelajaran
dalam pembelajaran metode demonstrasi
|
2,5,7,8,9,
26,28,30,
31,32,34,35,36
|
21
5
|
104
3
|
38
|
4
|
17
|
80
|
3
|
0
|
II
|
Materi yang diajarkan
degnan pembelajaran metode demonstrasi
|
3,24,25,
27,29,33
|
10
9
|
379
|
10
0
|
12
|
18
|
63
|
17
|
2
|
III
|
Kegiatan praktik dalam
pembelajaran metode demonstrasi
|
1,4,6,10
11,12,13,
14,22,23
|
14
9
|
533
|
28,9
|
29
|
15
|
53
|
29
|
3
|
IV
|
Penggunaan ujian praktik
dalam kegiatan pembelajaran metode demontrasi
|
15,16,17,
18,19,20,21
|
53
|
516
|
11
2
|
19
|
8
|
73
|
16
|
7
|
Keterangan : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat
Tidak Setuju
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran metode demonstrasi adalah positif. Berdasarkan jumlah
rata-rata dalam persen menunjukkan bahwa 80% siswa setuju dengan kegiatan
pembelajaran metode demonstrasi 63% setuju dengan materi yang diajarkan dengan
metode, 53% setuju dengan kegiatan praktik yang dilaksanakan dalam pembelajaran
metode demonstrasi dan 73% siswa setuju dengan penggunaan ujian praktik dalam
kegiatan pembelajaran metode demonstrasi.
3. Pembahasan
1)
Ketuntasan hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
pertemuan terbimbing memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor
yaitu 61,54%,84,62 % dan 100 % . pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2) Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan
metode demonstrasi dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
3)
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan model
pembelajaran metode demonstrasi paling dominan adalah belajar dengan sesama
anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru
selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode demonstrasi dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran , menjelaskan/melatih
menggunakan alat, memberi umpan balik dalam prosentase untuk aktivitas di
atas cukup besar.
4) Tanggapan siswa terhadap Model
pembelajaran metode demonstrasi
Berdasarkan analisis
angket siswa dapat diketahui
bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model
pembelajaran model dmonstrasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respopn positif terhadap model
pembelajaran metode demonstrasi, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dengan diterapkannya
metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
I. Kesimpulan
Dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus dan
berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran
dengan metode pembelajaran metode demonstrasi
memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (61,54%), siklus II (89,74%), sedangkan
untuk ranah afektif yaitu siklus I (84,62%), siklus II (100%)
2. Penerapan
metode pembelajaran metode demonstrasi
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengna rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode pembelajaran metode Demonstrasi sehingga mereka menjati
termotivasi untuk belajar.
|
J.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta
PT. Rineksa Cipta
Bachrie,
Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja Pelatih
Sepakbola Remajai. Bandung; Binacipta
Betty,
C. Eric. 1987. Latihan Sepakbola Metode
Baru Pertahanan. Bandung; Pioner Jaya
Coever,
Weil. 1982; Sepakbola Pembinaan Pemain
Ideal.Jakarta; PT Gramedia.
Engkos
S.R. 1994.Penjaskes. Jakarta;
Erlangga
Remmy,
Muchtar.1992 . Olah Raga Pilihan Sepak
Bola, Jakarta; Depdikbud Dirjen Dikti
Roji.
1996. Penjaskes 3, Jakarta;
Intan Parawara
Sajono,
1986. Pembinaan dan Kondisi fisik,
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Slamet,
S.R. 1994.Penjaskes 3.Jakarta; Tiga Serangkai
Sneyer,
J. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi, Jakarta; PT. Rosda Karya
Suharno.1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta;
IKIP Yogyakarta.
Syafi’I,
Imam, 1999, Sepakbola Dasar.Surabaya;
UM Press IKIP Surabaya
Syarifuddin,
Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3,Jakarta; PT. Gramedia
Widiasmara Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar