Rabu, 16 Oktober 2013

Upaya Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan dengan Metode Demontrasi Dalam Bermain Sepak Bola Pada Siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis tahun pelajaran 2009/2010

A.Judul
Upaya  Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan  dengan Metode Demontrasi Dalam  Bermain Sepak Bola Pada Siswa  Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis tahun pelajaran 2009/2010
B. Nama Penulis
Srie Rohayati, S.Pd.
C.Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata  kunci: Prestasi  Belajar  Penjas, Metode Demonstrasi 
          Kecepatan dan kelincahan adalah model dasar dalam berpain sepakbola dan bagi pemain merupakan modal sukses untuk mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan gola.Dengan  kemampuan kecepatan akan memudahkan pemain dalam rangka  membawa bola.
          Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagimanakah meningkatkan  prestasi penguasaan dasar-dasar sepakbola bagi siswa dalam diterapkannya metode demontrasi? (b) Bagaimana pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa?
          Tujua dari penelitian ini adalah (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar sepakbola pada siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi, (b) mengetahui motivasi belajar dasar-dasar sepakbola setelah diterapkannya metode demonstrasi.
          Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan. Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, dari data diperoleh berupa hasil tes   praktik , lembar observasi kegiatan belajar mengajar
          Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami  peningkatakan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (61.54%), siklus II (89,74%) untuk ranah psikomotro, siklus I (84,62%). Siklus II (100%) untuk ranah afktif
          Simpulan dari penelitian ini adalah metode demonstrasi dapat berpengaruh positif  terhadap   motivasi belajar siswaKelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, serta model pembejalaran dapat digunakan sebagai salah satu alternative penjas.
D.Pendahuluan
a.  Latar Belakang Masalah
              Sepakbola  adalah salah satu jenis olah  raga yang sangat digemari orang seluruh dunia. Olah raga ini sangat universal. Selain digemari  orang laki-laki olah raga ini juga digemari para perempuan tidak hanya tua muda bahkan anak-anak Sejak tahun 1990 an olah raga ini mulai digunakan untuk  para wanita meskipun sebelumnya olah raga ini hanya diperuntukkan bagi kaum pria.
1
              Olah raga ini melibatkan 11 orang dalam satu teamnya.Untuk menjadi pemenang dalam suatu pertandingan harus melawan satu team lainnya.Lapangan .para pemain sepak bola memperebutkan sebuah bola untuk dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga  seorang penjaga gawang (goal keeper)
              Olah raga ini menjadi sangat menarik karena selain hanya memperebutkan sebuah bola dilapangan dengan menggunakan kaki tetapi juga terlihat gaya-gaya permainannya dalam memperebutkan bola untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Oleh karena  olah raga  ini melibatkan banyak orang tentunya kerjasama team yang baik sangat dibutuhkan selain teknik bermain yang baik.
              Hanya para atlet  sepak bola mania Negara yang sukses membina karier di  bidang olah raga ini.  Tentunya diperlukan usaha dan latihan yang keras untuk menjadi atlet sepak bola yang handal dan profesional.
              goallll……!” teriakan ini sungguh identik dengan sepakbola siapapun yang berteriak “goal” dapat dipastikan akan mengangkat tangan, berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka lebar, mata berbinar-binar, hati berbunga-bunga dan diakhiri dengan tengok kanan, tengok kiri sambil mengulurkan tangan dan suara gemuruh . hal ini sungguh kontradiksi dengan sebagian orang yang ada di tempat yang sama yang tidak bisa berteriak”goal.” Mereka duduk diam, kaget, gelisah, kecewa, dengan tangan di depat mulut, sambil mengigit jari dengan muka yang pucat. Sebagian lain berteriak langkat, mengutuki, menyumpahi, protes keras, pemandangan seperti ini selalu ada di dalam permaianan sepak bola, baik di kampung, halaman rumah, sekolah , lapangan kecil atau di stadion yang megah.
              Olah raga ini juga dilakukan anak kecil, anak-anak, remaja , pemuda , orang dewasa, pria bahkan wanita. Sepakbola sungguh popular di mata masyarakat, dari pelosok desa hingga kota besar di seluruh dunia.            
              Sepak bola  merupakan olah raga yang simple, sederhana dan murah. Bahkan hampir tidak memerlukan biaya.Namun bila pertandingan yuang professional, olah raga ini biayanya bisa terbesar dari aneka cabang olah raga lainnya. Untuk mengelola  dan menghidupi sebuah klub sepak bola bisa memakan biaya milyaran rupiah. Di satu pihak sepak bola dikatakan hampir tidak memerlukan biaya, karena alat dan sarana yang  dibutuhkan hanya satu benda bulat dan tanah lapang. Benda bulat yang disebut bola itu bisa  bola yang mahal, (bola karet), bola plastic, jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas, serabut kelapa, yang pengelola  harus mengadakan studi banding, harus tanggap akan anak asuhnya, mau belajar dari pengalaman pahit, sekkaligus berusaha membuktikan pengelolaan yang  lebih professional.
              Bila dikaji bersama pola permainan sepak bola. Itu sederhana, pola permainan hanya menyerang (Attacktion), mempertahankan (defention) dan menyusun posisi strategi ini, keahlian dan keterampilan masing-masing pemain tampak jelas, kemauan membawa bola , menggiring  bola, merebut bola, mempertahankan bola, mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh individu pemain untuk diterapkan dalam kerja sama antara pemain.
              Tiap pemain harus  punya kemampuan DK4, maksudnya daya tahan tubuh, kekuatan, kelenturasn, kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor  ini harus dimiliki para pemain untuk mengembangkan ke posisi puncak. Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk dikaji bersama adalah faktor kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan ini dapat dibentuk dari dalam diri (pembawaan) atau dari luar diri (karena mampu mengkombinasikan dari segala teknik yang dimiliki)
              Mempunyai kecepatan dan kelincahan yang lebih, bagi setiap pemain merupakan mudah dan sukses untuk mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan bola. Dengan kemampuan kecepatan dan kelincahan akan memudahkan pemain tersebut dalam rangka membawa bola (menggiring bola) ke hadapan gawang lawan.
              Seorang pemain yang mempunyai kelincahan dan kecepatan yang bagus, bola yang digiring bagaikan lekat di kaki dan tentu mudah melewati halangan lawan dan tidak mudah dikelabuhi lawan.
              Berdasarkan uraian-uraian diatas , cabang olah raga bola sepak bola menarik untuk dikaji bersama sehingga perkembangan sepak bola Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu duduk sejajar dengan club-club di negeri luar. Sedangkan masalah yang khusus menarik untuk dibahas bersama dengan judul “Upaya  Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan  dengan Metode Demontrasi Dalam  Bermain Sepak Bola Pada Siswa  Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamistahun pelajaran 2009/2010”.
b.   Rumusan Masalah
               Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
     1.  bagaimana peningkatan prestasi  penguasaan dasar-dasar sepak bola bagi siswa dengan diterapkannya metode demonstrasi?
     2.  Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar dasar-dasar sepakbola pada siswaKelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
c. Tujuan Penelitian
              Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
     1.  Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar bermain sepak bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
     2.  Mengetahui pengaruh motivasi belajar dasar-dasar bermain sepak  bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.

E. Kajian Pustaka
     Ada beberapa teknik dasar dalam permainan  sepak bola yang harus dikuasai oleh pemain , antara lain menendang, menggiring, mengontrol , menyundul dan menghentikan bola.
     1.  Menendang Bola
                   Pemain  sepak bola harus mampu melakukan gerakan menendang bola dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi atau bagian kaki yang akan digunakan. Pada dasarnya cara menendang bola dapat dibedakan  menjadi empat yaitu:

a)    Teknik menendang  dengan kaki bagian dalam
              Teknik  menendang  dengan  kaki bagian dalam dapat dilakukan sebagai berikut:
1)   Sikap permulaan
                   Posisi badan harus dengan bola. Salah satu kaki menumpu di samping bola dengan ujung kaki mengarah ke depan serta lututnya sedikit ditekuk dan badan agak condng ke depan. Kaki sepak (tendang) dibuka ke luar selebar  90° hingga mata kaki  mengarah ke depan bola. Pandangan dipusatkan pada bola yang akan ditendang. Kedua lengan menjaga keseimbangan.
2)   Gerakan
                   Kaki tendang ditarik ke belakang, kemudian diayunkan ke depan mengenai bola dengan menggunakan kaki bagian  dalam tepat pada titik pusat tendang hingga bola bergerak ke depan.
3)   Sikap akhir
                   Gerakan selanjutnya diikut  oleh  gerak lanjut dari kaki tendang yang diimbangi anggota tubuh lainnya, kesadaran yang sering terjadi adalah:
(1) Sikap badan kaki
(2) Kaki tumpu tidak disamping bola
(3) Badan kurang condong
(4) Tidak diikuti gerak lanjut
b)   Teknik menendang bola dengan panggung kaki
              Teknik menggunakan punggung kaki dapat dilakukan sebagai berikut:
1)   Sikap permulaan
                   Sikap badan di belakang bola yang menyudut ± 30°. Kemudian pada saat akan menendang bola yang berjarak sekepal tangan. Bersamaan dengan mengayun kaki tendang bola ke belakang. Badan sedikit condong ke depan dan kedua lengan menjaga keseimbangan Pandangan dipusatkan  ke bola.
2)   Gerakan
                   Pada saat kaki tendang mengayun ke depan, kaki mengaruh ke bola, pergelangan kaki di titik tengah, ujung kaki selangkah  ke samping bawah, kemudian bola ditendang tepat pada sasaran titik pusat tendang
3)   Sikap akhir
                   Sikap akhir tendangan dukung oleh gerak lanjut tendang yang diikuti anggota badan seluruhnya.
c)    Teknik menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:
              Teknik menedang dengan panggung kaki adalah sebagai berikut:
1)   Sikap permulaan
                   Pemain berdiri agak ke belakang di samping bola dengan jarak kaki tumpu lebih kurang sekepal tangan.Kemudian gerak kaki tendang ke belakang harus dengan bola.Pandangan kearah tendangan.

2)   Gerakan
                    Dengan mengayun dan menggerakkan kaki, tendangan bola sekuat-kuatnya ke depan dengan menggunakan punggung kaki.
3)   Sikap akhir
                   Sikap  akhir dari tendangan diikuti dengan gerak lanjut kaki tendang dan diikuti oleh anggota tubuh lainnya.
          d) Teknik menendang dengan punggung kaki bagian luar
     2.  Mengontrol Bola
                   Mengontrol bola adalah suatu upaya untuk meguasai bola sebelum bola dihentikan  oleh kaki. Dalam upaya mengontrol bola pemain harus dalam kondisi siap dengan pengamanan yang tepat agar dapat menguasai bola sepenuhnya. Setelah bola tersebut terkontrol dengan baik, bola baru dihentikan
          Menghentikan bola depan dilakukan dengan cara
a)    Menghentikan bola dengan telapak kaki
              Sebelum menghentikan bola dengan telapak kaki pemain terlebih dahulu mengontrol bola dan mendekati bola yang sedang bergerak. Bola tersebut dihentikan dengan telapak kaki, dengan cara menyongsong bola yang datang, kemudian telapak kaki ditarik ke belakang bersamaan dengan datangnya bola.
b)   Menghentikan bola dengan punggung kaki
              Pada umumnya menghentikan bola dengan punggung kaki dilakukan jika bola jauh dari udara.Cara  menghentikan bola  dengan  punggung kaki sebagai berikut:
1)   Pemain bergerak ke arah bola
2)     Tepat di bawah bola melambung, angkatlah kaki ke depan atas yang digerakkan untuk menghentikan bola dengan punggung kaki.
3)     Tahan bola dengan menggunakan kaki dengan  sedikit sentuhan atau tarikan.
4)     Bola jatuh diantara kedua kaki
c)    Menghentikan bola dengan dada
              Cara menghentikan bola dengan dada sebagai berikut
              1) Pemain mengontrol bola yang  melayang dengan cermat
              2) Majulah untuk menjemput bola
              3) Dalam posisi seimbang, dada dibuka leher dan kedua tangan melebar
              4) Tahan bola yang tepat di dada dengan sedikit sentuhan atau berikan ke belakang
              5) Bola jatuh di antara kedua kaki
d)   Menghentikan bola dengan paha
               Cara menghentikan bola dengan menggunakan  paha adalah sebagai berikut:
              1) Pemain  mengontrol dan menghentikan bola yang melayang di udara.
              2) Pemain bergerak kearah datangnya bola
              3)  Tempatkan tubuh di bawah datangnya bola. Kemudian tekuk lutut hingga bidang datar paha  berada tepat di bawah lambung bola.
              4)  Angkat salah satu kaki yang akan digunakan, kemudian tekuk lutut hingga bidang datar  paha berada tepat di bawah lambungan bola
              5)  Dengan sedikit  sentuhan, bila dihentikan dengan paha.
              6)  Bola jatuh diantara perut.
          e) Menghentikan bola dengan  perut
              Menahan bola dengan  menggunakan perut dapat dilakukan apabila posisi bola melayang di atas tanah. Caranya sebagai berikut
              1) Amati pergerakan bola yang melayang
              2) Bergerak kedepan menjemput bola
              3) Dengan menjaga keseimbangan tahan bola dengan menggunakan perut dengan sentuhan atau menarik perut kebelakang dan jatuhkan bola antara  kedua kedua kaki.
     3.  Menggiring Bola
                   Menggiring bola adalah suatu gerakan membawa bola  dengan menggunakan kaki untuk menuju daerah pertahanan lawan  dan untuk mengelak penjagaan lawan.
                   Ada  beberapa cara menggiring  bola yaitu menggiring bola menggunakan punggung kaki  bagian dalam dan menggiring bola menggunakan punggung kaki  bagian luar.
          a.  Menggiring Bola Menggunakan  Punggung Kaki Bagian Dalam
              Cara melakukannya sebagai berikut:                                   
              1.  Sikap permulaan
                   Posisi badan agak condong ke depan, punggung kaki bagiandalam dekat bola, paha sedikit ditekuk dan kaki kiri digunakan untuk bertumpu. Untuk letak kaki tumpu di samping  bola dengan sedikit lutut dan kedua lengan menjaga keseimbangan.
              2.  Gerakan
                   Pemain bergerak ke depan sambil menggiring bola, kaki dan bola sekali-kali bersentuhan, dan kedua kaki selalu dekat dengan bola. Sesuai  irama langkah dengan bola.
          b.  Menggiring Bola Menggunakan Punggung Kaki bagian Luar
              Cara melakukannya sebagai berikut:
              1.  Sikap permulaan
                   Salah satu kaki ditempatkan didepan dengan pergelangkan kaki sedikit diputar kedala, lutuk agak ditekuk dan kaki lainnya sebagai tumpuan. Sikap badan sedikit condong ke depat dan berat badan berada di kaki  belakang dengan kedua lengan tergantung rileks
              2   Gerakan
                   Pemain bergerak ke depan dengan kedua kaki selalu berdekatan dengan bola. Persentuhan bola dengan kaki tepat pada bagian kaki bagian luar.
     4.  Menyundul  Bola
                   Menyundul bola adalah saat upaya mengambil bola yang  melayang di udara dengan  dengan menggunakan kepala.
                   Daerah pernekaan bola dan kepala pada saat akan melakukan sebuah sundulan adalah kening, karena kening merupakan bagian yang terkuat dari kepala.
          a.  Menyundul Dengan  Awalan Melompat
              Cara menyundul dapat dilakukan sebagai berikut
              1.  Sikap permulaan
                   Pemain berdiri dari posisi seimbnag menghadap sasaran.Pandangan mengarah dan mengontrol bola yang berada di udara.
              2.  Gerakan
                   Bergeraklah mendekati bola setelah berjarak satu meter antara kepala dan bola, lalu melompat untuk melakukan sundulan dengan  menguatkan leher. Sundulan bola dilakukan dengan kepala atau kening.Mendaratlah dengan tumpuan kaki.
           b. Menyundul  bola tanda awalan
              Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
              1.  Sikap permulaan
                   Pemain berdiri dalam posisi seimbnag menghadap kearah bola yang datang. Kedua kaki di buka sejajar dan  pandangan  kea rah bola. Kedua lengan terbuka ke samping tetapi rileks
              2.  Gerakan
                   Bola kira-kira satu meter didepan kepala dengan melengkungkan sedikit ke belakang otot leher. Kemudian gerakan bola ke depan sehingga  kepala menyudul bola.
     5.  Merebut bola dari kaki lawan
                   Merebut bola adalah usaha untuk menguasai atau menghadang bola dari pengguasaan lawan.Hal itu biasanya dilakukan ketika pemain sedang berada dalam posisi bertahan. Teknik merebut bola dapat dibedakan menjadi:
          a.  Merebut bola dari posisi depan
          b.  Merebut bola dari posisi samping
          c.  Mererbut bola sambilo meluncur
          d.  Merebut bola dengan menggunakan bahu
          Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan  oleh pemain dalam mererbut bola, yaitu:
          a.  Konsentrasi dan pandangan selalu mengarah  pada bola
          b.  Saat menghadapi bola, dibutuhkan ketenangan dan keseimbangan
          c.  Dituntut ketepatan dalam merampas bola
          d.  Ketika melakukan perebutan bola, tidak boleh melakukan pelanggaran.
F. Metode Demonstrasi
              Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya.Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru atau pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru atau pelatih.
              Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti Bagaimana Prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik?Bagaimana dapat diketahui kebenarannya?Melalui pengamatan induktif.
     Metode demonstrasi dapat dilaksanakan:
     1.  Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang atau latihan
     2.  Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing dan prosedur melaksanakan suatu kegiatan.
     3.  Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan akan pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.
     4.  Pengajar bermaksu menunjukkan suatu standar penampilan
     5.  Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktif yang kita laksanakan.
     6.  Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingka dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku , karena siswa memperoleh gambaran yang jelas atau eksperimen.
     7.  Bila  beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses  demonstrasi atau eksperimen.
     8.  Bila siswa turut aktif bereksperimen maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan social.
     Batas-batas metode demonstrasi
     1.  Demonstrasi akan merupakan metode yang todak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa
     2.  Demonstrasi  menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan menjalankan aktivitas itu pengalaman pribadi
     3.  Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok
     4.  Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan terjadi proses yagn berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
     5.  Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak dan membosankan bagi peserta yang lain.
G. Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu  teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
         Menurut Oja dan Sumarjan (dalam titik sugiarti, 1997:8) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3)  penelitian tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian tindakana social eksperimental.
        Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan guru mata diklat dan  di dalam proses belajar mengajar dikelas yang bertinak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneiti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh  penelitian tindakan  adalah pengamat (peneliti). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dala penelitian mulai dari perencanaan,  tindakan, pengamatan dan refleksi.
        Dalam penelitian ini  peneliti bekerja sama   dengan guru mata diklat, kehadiran peneliti sebagai guru di tengah-tengah proses belajar  mengajar sebagai pengamat diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
b. Teknik Pengumpulan Data
              Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa dan tes praktek.
c.  Teknik Analisa  Data
              Untuk mengetahui efektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakananalisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai sisw juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajran
              Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran,
     Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
     1.  Untuk menilai tes praktek
                   Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut  sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan
         
          Dengan                 =   Nilai rata-rata
                                  =   Jumlah semua nilai siswa
                                  =   Jumlah siswa
     2.  Untuk ketuntasan belajar
                   Adadua  kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di kelas tersebut  mendapat 85% yang telah mencapai daya serap dari sama  dengan 
          Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
         
     3.  Untuk lembar observasi
          a.  Lembar observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen
                        untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai berikut:
             
              Dimana : P1     =   pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2
          b.  Lembar  observasi aktivitas guru dan siswa
                        Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
              %  =    dengan
             
              Dimana:      %  =   persentase angket
                                      =   Rata-rata
                                 = Jumlah Rata-rata
                                 P1     =   Pengamat 1
                                  P2     =   Pengamat 2
     5.  Untuk menghitung persentase angket digunakan rumus sebagai berikut:
                 dimana P    =   Persentase
                                           Z  =   Alternatif jawaban (A,B,C,D)
                                           N  =   Jumlah responden
     6.  Aspek yang diamati
                   Mengadakan analisis terhadap data hasil pengamatan yanbg menggunakan rating scale, hal ini dimaksudkan apakah  penelitian  bisa dihentikan atau dilanjutkan pada siklus berikutnya.
          a.  Ranah Psikomotor
              skala peniloaian yang digunakan sesuai dengan instrument yang telah direncanakan, yaitu antara 1-3 (1= kurang tepat, 2 = cukup dan 3 = tepat) untuk aspek penilaian. Hal ini berarti  bahwa:
          -    Skor minima yang  diperoleh siswa adalah : 1 x 4 =4
          -    Skor maksimal yan diperoleh siswa adalah : 3 x 4 = 12
          -    Medium skor adalah                                     :
          -    Dibuat rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai pedoman penilaian.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor
No
Rentang skor
Nilai Rapor
Predikat
1
11-12
A
Baik sekali
2
9-10
B
Baik
3
7-8
C
Cukup
4
5-6
K
Kurang
5
3-4
KS
Kurang sekali
                   Mutu Pembelajaran  dikatakan baik apabila siswa yang mendapat nilai diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa
     b.  Ranah Afektif
                   Skala penilaian yang  digunakan sesuai  dengan instrumen  yang telah direncakanakan yaitu antara 1-4 (1= kurang baik, 2 cukup baik, 3 = baik, 4 = sangat baik) untuk  3 aspek penilaian. Hal ini berarti bahwa:
          -    Skor minima yang  diperoleh siswa adalah : 1 x 3=3
          -    Skor maksimal yan diperoleh siswa adalah : 4 x 3 =12
          -    Medium skor adalah                                     :
          -    Dibuat rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai pedoman penilaian.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor
No
Rentang skor
Nilai Rapor
Predikat
1
11-12
A
Baik sekali
2
9-10
B
Baik
3
7-8
C
Cukup
4
5-6
K
Kurang
5
3-4
KS
Kurang sekali
         
                   Mutu Pembelajaran  dikatakan baik apabila siswa yang mendapat nilai diatas C mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa.




H. Hasil Penelitian dan Pembahasan
     1.  Siklus I
         a.  Tahap Perencanaan
                       Pada tahap  ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran metode demostrasi  dan lembar observasi aktivitas siswa.
         b.  Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2009 di kelas 1 dengan jumlah siswa 40 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
                       Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan   Pembelajaran pada siklus I
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.  Pendahuluan
      1.   Memotivasi siswa 
      2.   Menyampaikan tujuan pembelajaran


2
2


2
3



2
2,5
B.  Kegiatan Inti
      1.   Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa.
      2.   Membimbing siswa melakukan kegiatan
      3.   Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
      4.   Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
      5.   Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3

3
3

3

3


3

3
3

3

3


3

3
3

3

3

C.  Penutup
      1.   Membimbing siswa membuat rangkuman
      2.   Memberikan evaluasi



3
3

3
3

3
3
II
Pengelolaan Waktu
2
2
2
III
Antusiasme Kelas
1.   Siswa Antusias
2.   Guru Antusias

3
3

2
3

2,5
3

Jumlah
33
33
33
                        Keterangan : Nilai       : Kriteria
                                                            a          : Tidak  Baik
                                                            b          : Kurang Baik
                                                            c          : Cukup Baik
                                                            d          : Baik  
                        Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan criteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklusI. dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II
                        Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut
Tabel 4.2    Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No               No
Aktivitas guru yang diamati
Persentase
1
Menyampaikan tujuan
5,0
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
8,3
3
Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya
8,3
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
6,7
5
Menjelaskan materi yang sulit
13,3
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
21,7
7
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
10,0
8
Memberikan umpan balik
18,.3
9
Membimbing siswa merangkum pelajaran
8,3
No
Aktivitas siswa yang diamati

1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
22,5
2
Membaca buku siswa
11,5
3
Bekerja dengan sesame anggota kelompok
18,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
14,4
5
Menyajikan hasil pembelajaran
2,9
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,2
7
Menulis yang relevan dengan KBM
8,9
8
Merangkum pembelajaran
6,9
9
Mengerjakan tes evaluasi
8,9

                        Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus I adalah menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi yang sulit dan  membimbing siswa merangkum pelajaran yitu  masing-masing sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa  yang paling dominant adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar  siswa  dengan guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %
                        Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model Demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominant   untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
                        Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut ini:
     Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
76,15
24
    61,54

                        Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa degnan menerapkan metode Demonstasi diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 76,15 dan ketuntasan belajar mencapai 61,54 % atau ada 24 siswa dari 39 siswa sudah tuntas belajar.  Hasl tersebut  menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³70 hanya sebesar 61,54% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran metode demonstrasi.
          c.  Analisis data penelitian Siklus I
              1.  Ranah Psikomotor
                   -    Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
                   -    Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 15 (38,46%)
                   -    Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24 (61,54%)
                   Berarti siswa yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 61, 54%, secara klasikal termasuk kategori belum tuntas.
              2.  Ranah Afektif
                   -    Siswa yang mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
                   -    Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak 26 (66,6%)
                   -    Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
                   Berarti siswa yang mendapat nilai diatas C sebanyak 84,62%, secara klasikal termasuk kategori tuntas.
          d.  Refleksi
                        Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai  berikt
              1.  Guru kurang baik dalam memotivasi siswa  dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
              2.  Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
              3.  Siswa kurang bisa antusias  selama pembelajaran berlangsung
          e.  Revisi
                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
             1.  Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
             2.  Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
             3.  Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias lebih antusias.
2.  Siklus II
         a.  Tahap perencanaan
                       Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran metode demonstasi dan lembar observasi siswa.
         b.  Tahap kegiatan dan pelaksanaan
                       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus  II dilaksanakan pada tanggal 23 September 2009 di kelas 1 dengan jumlah siswa 29 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
                       Pada akhir  proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes praktek  II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
                   No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.  Pendahuluan
      1.   Memotivasi siswa 
      2.   Menyampaikan tujuan pembelajaran


3
3


3
4


3
3,5
B.  Kegiatan Inti
      1.   Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa.
      2.   Membimbing siswa melakukan kegiatan
      3.   Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
      4.   Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
      5.   Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3

4
4

4

3

4

4
4

4

3

3,5

4
4

4

3
C.  Penutup
      1.   Membimbing siswa membuat rangkuman
      2.   Memberikan evaluasi

3
4

4
4

3,5
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
2
III
Antusiasme Kelas
1.   Siswa Antusias
2.   Guru Antusias

4
4

3
4

3,5
4

Jumlah
41
43
42
                        Keterangan : Nilai       : Kriteria
                                                            a          : Tidak  Baik
                                                            b          : Kurang Baik
                                                            c          : Cukup Baik
                                                d          : Baik  
                        Dari tabel diatasm tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran metode Demonstrasi mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang.Namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu.
                        Dengan  penyempurnaan aspek-aspek  di atas daam penerapan metode Demokrasi diharapkan  siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
                   Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa
                   Tabel 4.2    Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II               
No               No
Aktivitas guru yang diamati
Persentase
1
Menyampaikan tujuan
6,7
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
6,7
3
Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya
6,7
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
10,7
5
Menjelaskan materi yang sulit
11,7
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
25,0
7
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
8,2
8
Memberikan umpan balik
16,6
9
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
No
Aktivitas siswa yang diamati
Persentase
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
17,9
2
Membaca buku siswa
12,1
3
Bekerja dengan sesame anggota kelompok
21,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
13,8
5
Menyajikan hasil pembelajaran
4,6
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,4
7
Menulis yang relevan dengan KBM
7,7
8
Merangkum pembelajaran
6,7
9
Mengerjakan tes evaluasi
10,8

                        Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yuang paling dominant pada siklus II adalah membimbing dan mengamati  siswa  melakukan latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan  adalah memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil   kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa memperbaiki kesalahan (6,7%)
                        Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling diminan  pada siklus II adalah praktik menggunakan alat yaitu (21%).  Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini  mengalami peningkatan . aktivitas siswa yang  mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa  dengan guru (13,8%), mempraktekkan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan aalah memperhatikan peragaan (12,1%) menyajikan  hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain (10,8%)
              Hasil tes praktik siswa terlihat  pada tabel berikut
                   Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
81,79
35
89,74

                        Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek sebesar 81,79 dan dari 39 siswa yang telah tuntas sebanyak 35 siswa an 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,74% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.  Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa  dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dala memahami materi yang telah diberikan.
          c.  Analisis data penelitian Siklus II
              1.  Ranah Psikomotor
                   -    Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
                   -    Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 (10,36%)
                   -    Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24 (61,53%)
                   -    Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak11 (28,21%)
                   Berarti siswa yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 89,74%, secara klasikal termasuk kategori tuntas.
              2.  Ranah Afektif
                   -    Siswa yang mendapat nilai C  tidak ada
                   -    Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak 13 (33,33%)
                   -    Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 26 (66,67%)
                   Berarti  siswa yang mendapat nilai diatas C mencapai 100% secara klasikal termasuk kategori tuntas
                   Mengingat hasil observasi selama siklus II nilai yang diperoleh siswa dalam penilaian kinerja ranah psikomotorik 89,74% memperoleh nilai diatas 70 dan ranah afektif 100%  memperoleh nilai diatas C secara keseluruhan ranah psikomotorik dan ranah afektif telah tercapai ketuntasan belajar, maka penelitian ini diakhiri  pada siklus II
          d.  Refleksi
                        Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dngan penerapan pembelajaran metode demonstrasi. Dari  data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan  sebagai berikut:
              1.  Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran  dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk masing-masing aspek  cukup besar.
              2.  berdasarkasn data hasiul pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung
              3.  Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga  menjadi lebih baik
              4.  Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai  ketuntasan.
         e.  Refisi Pelaksanaan
                       Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
    4.  Analisa Data Angket
                  Angket yang diberikan pada siswa setelah siswa melaksanakan  proses pembelajaran dengan metode demonstrasi (siklus II) dengan jumlah pertanyaan sebanyak 36 butir  dan jumlah responden sebanyak 39 siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode demonstrasi. Berdasarkan hasil angket siswa pada lampiran diperoleh hasiol analisi angket motivasi siswa pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Angket Siswa Terhadap model Pembelajaran Metode Demonstrasi
No
Indicator
No pertanyaan
Jumlah dalam persen
Jumlah rata-rata dalam persen
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
I
Kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran metode demonstrasi
2,5,7,8,9,
26,28,30,
31,32,34,35,36
21
5
104
3
38
4
17
80
3
0
II
Materi yang diajarkan degnan pembelajaran metode demonstrasi
3,24,25,
27,29,33
10
9
379
10
0
12
18
63
17
2
III
Kegiatan praktik dalam pembelajaran metode demonstrasi
1,4,6,10
11,12,13,
14,22,23
14
9
533
28,9
29
15
53
29
3
IV
Penggunaan ujian praktik dalam kegiatan pembelajaran metode demontrasi
15,16,17,
18,19,20,21
53
516
11
2
19
8
73
16
7
     Keterangan     :    SS                  :           Sangat  Setuju
                                 S        :           Setuju
                                 TS                  :           Tidak Setuju
                                 STS   :           Sangat Tidak Setuju
       Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode demonstrasi adalah positif. Berdasarkan jumlah rata-rata dalam persen menunjukkan bahwa 80% siswa setuju dengan kegiatan pembelajaran metode demonstrasi 63% setuju dengan materi yang diajarkan dengan metode, 53% setuju dengan kegiatan praktik yang dilaksanakan dalam pembelajaran metode demonstrasi dan 73% siswa setuju dengan penggunaan ujian praktik dalam kegiatan pembelajaran metode demonstrasi.
3. Pembahasan
    1) Ketuntasan hasil belajar siswa
                  Melalui hasil  penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran pertemuan terbimbing  memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 61,54%,84,62 % dan 100 % . pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
    2)  Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
                  Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi  dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu  dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3) Aktivitas Siswa  dalam Pembelajaran
                  Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses  pembelajaran  dengan model pembelajaran metode demonstrasi paling dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
                  Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah  metode demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran , menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik dalam prosentase untuk aktivitas di atas  cukup besar.
    4) Tanggapan siswa terhadap Model pembelajaran metode demonstrasi
                  Berdasarkan  analisis  angket siswa   dapat diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran model dmonstrasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respopn positif terhadap  model pembelajaran metode demonstrasi, sehingga siswa menjadi termotivasi  untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa   dengan diterapkannya metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
I.   Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.
    1.  Pembelajaran dengan metode pembelajaran metode demonstrasi  memiliki  dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai  dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (61,54%), siklus II (89,74%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu siklus I (84,62%), siklus II (100%)
    2.  Penerapan metode pembelajaran metode  demonstrasi mempunyai pengaruh positif,  yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengna rata-rata jawaban  siswa yang  menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode Demonstrasi sehingga mereka menjati termotivasi untuk belajar.

J. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta PT. Rineksa Cipta
Bachrie, Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja Pelatih Sepakbola Remajai. Bandung; Binacipta
Betty, C. Eric. 1987. Latihan Sepakbola Metode Baru Pertahanan. Bandung; Pioner Jaya
Coever, Weil. 1982; Sepakbola Pembinaan Pemain Ideal.Jakarta; PT Gramedia.
Engkos S.R. 1994.Penjaskes. Jakarta; Erlangga
Remmy, Muchtar.1992 . Olah Raga Pilihan Sepak Bola, Jakarta; Depdikbud Dirjen Dikti
Roji. 1996. Penjaskes 3, Jakarta; Intan  Parawara
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3.Jakarta; Tiga  Serangkai
Sneyer, J. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi,  Jakarta; PT. Rosda Karya
Suharno.1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syafi’I, Imam, 1999, Sepakbola Dasar.Surabaya; UM Press IKIP Surabaya
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3,Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar