A.
Judul
UPAYA
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGATASI KESULITAN PADA
PASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE LATIHAN PADA SISWA KELAS I SD NEGERI IV SINDANGSARI KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN
CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2010/2011
B.
Nama Penulis
Srie
Rohayati, S.Pd.
C.
Abstrak dan Kata
Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Passing Bawah, Metode Latihan dalam Kelompok
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa.
Penelitian ini dilakukan pada
siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
Tahun Ajaran 2010/2011, yang dinyatakan kurang berhasil menguasai passing bawah yang berjumlah 16 orang.Penelitian
ini dilaksanakan pada bulanSeptember 2010.Penelitian yang berfokus pada upaya
guru meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah dengan menggunakan metode Latihan
ini dilakukan dalam rangka memperbaiki
kinerja guru dan siswa secara inovatif dan kolaboratif.Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang sebelumnya
diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran.
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat
perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi
tindakan, dan merefleksi tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk
mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan
hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen
pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan
dokumentasi.Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir,
meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan
data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan
siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat
menyimpulkan sebagai
berikut. Metode Latihan dalam kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas I SD Negeri IV Sindangsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis
dalam pembelajaran passing bawah.Perolehan
nilai rata-rata proses belajar siswa pada siklus I adalah 7,85. Adapun perolehan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I, yaitu 7,61. Perolehan nilai rata-rata proses belajar siswa
pada siklus II adalah 8,5. Adapun perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus II, yaitu 8,92.
D.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan jasmani merupakan
bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani dan olahraga. Di dalam intensifikasi penyelengaraan
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara
sistematis.
Pendidikan jasmani berfungsi
sebagai media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan
fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang,
Nurhasan (2005: 6). Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan
yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai
ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,
kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak
dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai
(sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup
sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang
bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual,
emosi dan sosial.Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai
tujuan pengajaran. Berdasarkan penjelasan di atas maka pendidikan jasmani dapat
didefenisikan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani, yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional,
dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah salah
satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah dan pentingnya
pendidikan jasmani karena memiliki peran yang sangat strategis dalam
pembentukan manusia seutuhnya, yang tidak hanya berdampak positif pada fisik
melainkan juga dapat berdampak positif pada mental, intelektual, emosional
maupun sosial seorang siswa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan
jasmani, banyak faktor pendukung yang diperlukan antara lain; faktor guru
sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana
prasarana, dan juga metode pembelajarannya. Metode yang dipilih dan
diperkirakan cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek
keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan
perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal.
Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan
partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas olahraga termasuk
olahraga permainan seperti permainan bolavoli.
Permainanan bolavoli merupakan
permainan yang gerakannya cukup kompleks, yaitu gabungan dari jalan, lari,
lompat dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan unsur lainnya.Untuk
melakukan gerakan-gerakan dalam permainan bolavoli secara baik diperlukan
kemampuan fisik yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik akan memudahkan
melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan memudahkan menguasai
teknik-teknik dasar permainan bolavoli, seperti teknik service dan passing. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pembinaan sejak usia dini. Salah satunya, yaitu dapat dilakukan
melalui pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Permainan bolavoli merupakan
permainan yang sudah populer di Indonesia, sudah dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat bahkan sudah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional sebagai
materi pelajaran wajib untuk siswa, mulai kelas I SD sampai tingkat SMU.Namun
demikian tuntutan kemampuan yang diharapkan dari cabang olahraga bolavoli ini
untuk tingkat SD sampai sekarang masih jauh dari yang diharapkan. Hasil
pengamatan di beberapa SD bahwa salah satu masalah utama dalam pembelajaran
olahraga permainan bolavoli ini umumnya dan khususnya pelaksanaan pembelajaran
keterampilan teknik dasar servis, passing adalah belum efektifnya pelaksanaan
proses pembelajarannya. Tentu dengan kondisi ini akan berimplikasi terhadap
menurunnya kualitas hasil pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Ada beberapa faktor penyebab dari keterpurukan tersebut, yaitu terbatasnya
sumber-sumber yang digunakan guru untuk mendukung proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani.
Metode mengajar adalah suatu cara
penyajian materi pembelajaran yang dilakukan secara sistematis untuk mendorong
tercapainya tujuan pengajaran dalam suatu proses membuat orang belajar atau
manipulasi lingkungan. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa macam
metode mengajar yang seharusnya digunakan.Moston (1994:5) mengemukakan bahwa
metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung dan
metode mengajar tak langsung. Metode mengajar langsung adalah peran guru lebih
banyak (teacher centered) yang meliputi lima macam metode yaitu: metode
komando, metode latihan , metode resiprokal, metode self check, dan
metode Deskripsi. Metode mengajar tidak langsung meliputi: metode penemuan
terpimpin, metode penemuan konvergen, metode eksplorasi, metode divergen
production.
Metode mengajar yang dilakukan
oleh guru dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan
bolavoli khususnya, cenderung tradisionil.Keterampilan menggunakan metode
mengajar yang dilakukan oleh para guru pendidikan jasmani untuk menangani
kegiatan praktek olahraga bolavoli masih jauh dari yang diharapkan. Model
metode mengajar yang dipergunakan cenderung berpusat pada guru, di mana para
siswa melakukan gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi guru. Latihan
-latihan atau keterampilan berdasarkan
inisiatif siswa hampir tidak pernah dilakukan. Pengalaman menunjukkan,
menerapkan metode yang berpusat pada guru dalam mengajarkan teknik dasar
bermain bolavoli, siswa terlihat kurang merangsang semangat belajarnya, cepat
bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa untuk mengikuti pendidikan jasmani
umumnya, bermain bolavoli khususnya dan bahkan dengan metode tersebut kurang
meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain bolavoli. Padahal dalam pembelajaran
pendidikan jasmani hal yang esensial adalah mengutamakan unsur bermain,
kegembiraan, pedagogis, membina kesehatan dan rasa percaya diri bagi siswa
dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak bosan.Untuk memecahkan permasalahan
tersebut di atas, sangat diperlukan inovasi dan kreatifitas oleh guru terutama
dalam menentukan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diajarkan.Peran guru pendidikan jasmani dalam upaya membina siswa dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai teknik-teknik dasar bermain
bolavoli sangat tergantung pada kreatifitas guru dalam memilih dan menentukan
metode.
Penentuan dan penerapan metode
mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar sangat penting dengan situasi
belajar. Dikatakan penting karena semakin tepat metode yang digunakan maka akan
semakin efektif untuk mencapai tujuan belajar. Pertimbangan dalam menentukan
dan menerapkan metode mengajar tentu harus memperhatikan dalam kondisi
bagaimana dan dimana proses belajar mengajar dilaksanakan serta bagaimana
karakteristik dari materi pelajaran.
Karakteristik permainan bolavoli
terlihat dari unsur-unsur gerak yang terdapat di dalamnya.Unsur gerak permainan
bolavoli sangat jelas kelihatan ketika seseorang melakukan teknik dasar dalam
permainan bolavoli. Teknik-teknik dasar dalam permainan bolavoli sebagaimana
disebutkan Beutelstahl (1986:9), ada 6 (enam) yaitu : (1) servis; (2) pass
bawah; (3) pass atas; (4) smas; (5) blok; (6) pertahanan. Dan Druwachter (1990:
82) mengemukakan, “tahap awal permainan bolavoli sudah memadai apabila pemain
telah menguasai teknik dasar yang terdiri dari service dan passing.Dari
penjelasan di atas, tentang macam-macam teknik dalam permainan bolavoli, teknik
servis dan passing merupakan
keterampilan paling dasar dalam permainan bolavoli. Dikatakan keterampilan
paling dasar karena servis adalah pukulan pertama dalam permainan bolavoli,
tanpa servis permainan tidak akan dapat dimulai, servis juga bisa digunakan
cara untuk menyerang dalam menambah angka. Dan passing adalah mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman
seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Dengan menguasai teknik passing
dalam permainan bolavoli, seorang pemain akan dapat bertahan dari servis tajam
dan kuat serta dapat memberikan umpan yang tepat keteman regu.
Servis dan passing merupakan
teknik dasar dalam dalam permainan bolavoli, namun sulit dipelajari,
lebih-lebih untuk siswa yang belum terampil.Karenanya perlu dirancang sebuah
metode mengajar yang sesuai supaya siswa mudah mempelajarinya, mengelola siswa
dan mengkemas metode mengajar dengan bahan ajar secara menarik yang bisa
merangsang minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh. Agar metode
mengajar yang akan diterapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu
perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis
dan passing dengan baik dalam permainan bolavoli. Dimana, Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis dan passing dengan baik dalam
permainan bolavoli, diperlukan unsur-unsur kondisi fisik seperti : kekuatan,
kecepatan, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, daya tahan, kelincahan,
koordinasi dan daya ledak otot tungkai.
Melihat perkembangan olahraga
bolavoli tersebut dan pentingnya peranan metode mengajar yang sesuai dalam
meningkatkan keterampilan teknik dasar dalam permainan bolavoli.Maka perlu
untuk menentukan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar
siswa dalam penguasaan keterampilan teknik dasar servis bawah dan passing dalam permainan bolavoli. Maka
dalam penelitian tindakan kelas ini akan dicobakan metode mengajar yang
diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan servis bawah, yaitu metode
mengajar resiprokal.
Pelaksanaan pendidikan jasmani
dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya peningkatan
mutu sumber daya manusia Indonesia, hasil yang diharapkan itu akan dapat
dicapai dalam waktu cukup lama.
Oleh karena itu, jasmani dan
olahraga terus ditingkatkan dan dilakukan dengan kesabaran dan keikhlasan.Hal
ini tentu diperlukan suatu tindakan yang mendukung.terciptannya.pembelajaran.yang.kondusif.
Pengamatan terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran permainan Bola Voli di beberapa sekolah, menunjukkan bahwa
banyak ditemukan masalah, kurangnya penguasaan ketampilan teknik , maka perlu
diajarkan secara mendalam tentang.teknik
.dasar.permainan.bola.voli.
Sehubungan dengan masalah itu
terutama Passing, anak didik perlu diajarkan macam-macam Passsing. Sesuai
dengan perkembangannya, Passing dalam permainan bola voli dikenal ada tiga,
yaitu:Passing Bawah, Passing Samping, dan Passing Atas, akan tetapi Passing
Bawah yang memiliki tingkat kesulitan.yang.tinggi.(menurut.Bainil).
Berdasarkan dari hal itu penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian. Atas dasar itu yang telah mendorong
melakukan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada “Upaya Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa dalam Mengatasi Kesulitan pada Passing Bawah Melalui Penggunaan Metode Latihan pada Siswa Kelas I SD
Negeri IV Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupten Ciamis”..
b.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan dua pokok persoalan untuk
ditindaklanjuti melalui penelitian tindakan kelas ini Untuk membatasi ruang
lingkup penelitian, maka penulis membuat masalah yang akan dibahas pada laporan
ini dibatasi beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut.
1.
Bagaimana
menerapkan metode Latihan agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing
bawah?”
2.
Apakah
penggunaan metode Latihan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran teknik dasar passing bawah?
c.
Cara.Pemecahan.Masalah
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah , solusi yang diupayakan melalui adalah metode Deskripsi. Besar harapan melalui penerapan metode ini akan membawa perubahan ke arah yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah , solusi yang diupayakan melalui adalah metode Deskripsi. Besar harapan melalui penerapan metode ini akan membawa perubahan ke arah yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .
d.
Hipotesis
Tindakan
Penelitian tindakan
kelas ini direncanakan dalam tiga siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti
prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus penelitian
tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing
bawah .Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut.
1.
Dengan
diterapkan metode Latihan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah.
2.
Dengan
diterapkan metode Latihan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran teknik dasar passing bawah.
E. Kajian Pustaka
a. Metode Latihan
Permainan bola voli selalu identik dengan permainan
laki-laki karena permainan ini memerlukan olah fisik yang tinggi, dalam
melakukan berbagai teknik khususnya
Passing Bawah, karena itu kurang diminati wanita. Permainan ini biasanya digemari
oleh siswa, sedangkan siswa cederung
kurang mengemari. Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor seperti, kekuatan
dan kelincahan . untuk itu agar masalah ini dapat teratasi maka penulis
berupaya melakukan berbagai cara yang relevan untuk untuk meningkatkanteknik passing
bawah dalam permainan bola voli pada siswa melalui latihan intensif dan kondusif. Pemberian motivasi dan
penguatan serta tidak lupa memperhatikan porsi latihan denganfisik dan.psikis.siswa.
Pembelajaranpendidikan jasmanidenganmenggunakanmetodelatihan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai potensi masing-masing individu. Setiap individu diberi kebebasan menentukan kegiatan belajar dalam hal memulai pembelajaran, pelaksanaan melakukan tugas-tugas gerak, penilaian hingga menentukan target kegiatan belajar berikutnya, sehingga akan membangkitkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa. Di samping itu peran guru tidak terlalu dominan, karena guru tidak langsung menuntun siswa.Siswa dilatih berbagai keterampilan tahap demi tahap atau bagian demi bagian (tidak langsung pada sasaran), sehingga peran guru di sini sangat dominan, karena harus memberi contoh, di samping itu suasana pembelajaran atau suasana berlatih juga monoton serta kurang variatif sehingga ada kecenderungan membosankan, sehingga pada akhirnya hasil belajarpendidikan jasmani yang diharapkan kurang maksimal.
Pembelajaranpendidikan jasmanidenganmenggunakanmetodelatihan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai potensi masing-masing individu. Setiap individu diberi kebebasan menentukan kegiatan belajar dalam hal memulai pembelajaran, pelaksanaan melakukan tugas-tugas gerak, penilaian hingga menentukan target kegiatan belajar berikutnya, sehingga akan membangkitkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa. Di samping itu peran guru tidak terlalu dominan, karena guru tidak langsung menuntun siswa.Siswa dilatih berbagai keterampilan tahap demi tahap atau bagian demi bagian (tidak langsung pada sasaran), sehingga peran guru di sini sangat dominan, karena harus memberi contoh, di samping itu suasana pembelajaran atau suasana berlatih juga monoton serta kurang variatif sehingga ada kecenderungan membosankan, sehingga pada akhirnya hasil belajarpendidikan jasmani yang diharapkan kurang maksimal.
Keterampilan siswa yang bervariasi dapat
menggunakan suatu metode yang disesuaikan dengan keterampilan tiap siswa. Menurut Mulyasa (2006:32) “Metode tersebut adalah metodeDeskripsi“.
Lebih lanjut Mulyasa (2006:33) mengemukakan sebagai berikut.
Dalam pelaksanaan mengajar dengan menggunakan metodeLatihan guru
berperan dalam mengambil keputusan pada saat sebelum pelaksanaan (pre-impact), sedangkan pada saat
pelaksanaan (impact) dan evaluasi (post-impact) diserahkan kepada siswa sepenuhnya. Sebelum pelaksanaan, siswa
mempunyai kesiapan sebelum mendapat materi. Siswa dapat
memilih level sesuai dengan keterampilan masing-masing dan melakukannya secara berulang-ulang
untuk dapat meningkat ke level yang lebih sulit.
Keberhasilan dalam menerapkan metodelatihan guna
meningkatkan penguasaan keterampilan siswa dalam teknik dasar passing bawah sangat bergantung kepada guru. Tugas guru
bukan saja merencanakan pembelajaran secara terprogram tetapi juga
melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran yang telah
berlangsung agar diperoleh hasil yang lebih baik.
Hal-hal yang perlu direncanakan oleh guru pada
tahap awal pembelajaran teknik dasar passing
bawah adalah menentukan tujuan yang
ingin dicapai dan cara mencapainya. Hal ini sangat penting seiring dengan
adanya tuntutan dalam standar proses, bahwa proses pembelajaran meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, serta tindak lanjut. Apabila
setiap komponen penunjang sudah direncanakan dengan baik, barulah guru dan
siswa melaksanakan pembelajaran keterampilan dasar passing bawah , sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap keterampilan dasar passing bawah ini maka guru dan siswa harus melaksanakan
evaluasi, sesuai dengan teknik yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (satuan pelajaran).
Metode yang menonjolkan keaktifan siswa dalam
melakukan sesuatu akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan
bernuansa lain kepada siswa. Pernah guru melakukan kegiatan bersama siswa yang
seolah siswa terbenam dan larut rasa keingintahuan yang lebih jauh. Belajar
untuk tahu dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa duduk pada tempat
duduk yang tepat, setidaknya mereka menjalani belajar untuk menambah
pengetahuan dan informasi ke otaknya. Mereka melakukan praktik dilanjutkan
belajar menjadi suatu hal
yang menyenangkan bagi siswa.
Menurut Harefa dalam Sa’ud (2008:162),
“Di antara teori dan praktik terdapat jembatan yang justeru amat penting untuk
memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar menjadi”. Sesungguhnya
inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model atau strateginya dalam dunia
pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran adalah Deskripsi, yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa menjadi seseorang yang akrab dengan lingkungan di
mana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.
Menurut Sanjaya
(2005: 43) “Metode latihan adalah suatu metode
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.Pendapat
lainnya dikemukakan Sukmadinata (2004: 63) bahwa “Metode Latihan merupakan suatu sistem atau metode pembelajaran yang
bersifat holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling
terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan
peranannya”.
Paparan pengertian metode latihan di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pertama, metode
latihan
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi. Artinya, proses belajar berorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks metode latihan tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajan latihan mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dapat
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa
materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, metode latihan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan. Artinya, metode latihan tidak hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan
nyata.
Berdasarkan pengertian metode latihan, terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan metode latihan, seperti dijelaskan Sa’ud (2008:163) berikut ini.
1)
Dalam metode latihan pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada. Artinya, apa yang akan dipelajari tidak lepas dari pengetahuan
yang dipelajari. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa, adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)
Metode Latihan adalah
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh
dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari
secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3)
Pemahaman
pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi
untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang
lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut
baru pengetahuan itu dikembangkan.
4)
Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5)
Melakukan refleksi
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
b. Passing BawahdalamBolaVoli
a) Passing Bawah
Passing bawah merupakanteknikdasarmemainkanboladengan
menggunakankedua
tangan,yaituperkenaanbola padakedualenganbawah. Passing bawah merupakanteknikpassingyangsering
digunakanuntuk
menerima bolaservisatausmash.HalinisepertidikemukakanBarbara dan Bonnie(1996:19)bahwa“Untukmenghadapibolaliaryangtakterkendalikan,seperti
bola servis,atauspike,anda
harusmenggunakanoperanlengandepan(passing
bawah ),karenajaritanganyangterbukatidakakanmampumenahanbolayang
dipukuldengansekuattenaga”. SedangkanDurrwatcher (1990:52) berpendapat,
“Untukbola-bolaservisatausmash,teknikpassing bawah lebih aman, jika dibandingkan dengan teknik
passingatas
yang memerlukan
sikap tangan dan jari
khusus”.
Berdasarkanduapendapattersebutbahwapassing bawah padadasarnya digunakanuntukmenerimabola-bolaliartakterkendalisepertiservis,smashatau bola memantuldari net.Ditinjaudaripermainanbola
volipada umumnyapassing bawah biasanya
menjadi teknik pertama yang digunakan tim yang menerima servis
daritim lawan. Upayamelakukan passing bawah dengan baikdan benar harusmenguasaiteknikpassing bawah .Adapunprinsippokokpassing bawah menurut Sugiyanto,Soedarwo,
dan
Sunardi(1994:24)yaitu,“Sentuhan
bola denganpermukaankedualenganbawah(2/3bagianujung)yangbertautandi depanbadan”. Sedangkan Ma’mumdanSubroto(2001:56) berpendapat,“Pada
umumnya passingdaribawahbola
menyentuhbagiandiatas
pergelangan tangan, bisadilakukan dengan
satuatau duatangan”.
Berdasarkandua pendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,passing
bawah merupakancara memainkanbola
denganmenggunakankedua lenganyang
saling bertautanataudengansatulengan.Perkenaanbolapadapssing
bawahyaitu
diataspergelangantangan. Kemampuanseorang
pemainbolavolimelakukan passing
bawah denganbaikdanbenarbanyakmanfaatyang
diperolehnya dibandingkan denganpassingatas,terutamauntukmenerimabola-bolayang keras dantajamsepertiservisatausmash.
Halinikarena,passing bawah merupakan
teknikpassingyang
sangatefektifuntukmenerimabola-bolakerassepertiservis
atasdansmash.Untuk
menerimabola-bolaservisatasdansmash,passing bawah lebihsederhana
danlebihamandantidakmemerlukansikaptanganserta jari
tangansecarakhusussepertipassingatas.Selainitujugapassing bawah jarang terjadi
pukulanganda.
b) TeknikPassing Bawah
Menguasaiteknikpassing
bawah denganbaikdanbenarmerupakankunci
utamaagar dapatmelakukanpassing
bawah denganbaikdanbenar. Teknik
passing bawah merupakanrangkaiangerakanyangdikombinasikansecarabaik danharmonisdalamsaturangkaiangerakanyang
utuh,luwesdanlancar.Barbara dan Bonnie
(1996:20)berpendapat, “Elemendasar bagipelaksanaan
operanlengandepanyang
baikadalah(1)gerakanmengambilbola,(2)mengatur
posisibadan,(3)memukulbola,dan(4)mengarahkanbola
ke sasaran”.Menurut
M. Yunus (1992:80)teknik
passing bawah meliputi:
1) Sikap permulaan :
Ambil sikap siap normal dalam permainan
bolavoliyaitu: kedualututditekukdenganbadansedikitdibongkokkankedepan,
beratbadanmenumpupada
telapakkakibagiandepanuntuk
mendapatkansuatukeseimbanganlabil agar dapatlebihmudahdan lebihcepatbergerakkesegala arah.Keduatangansaling berpegangan
yaitupunggung tangankanandiletakkandiatastalapaktangankiri,
kemudian salingberpegangan.
2) Gerakan
pelaksanaan:
Ayunkankedua lenganke
arahbola,dengansumbugerakpada persendian
bahu
dan siku betul-betul
dalam
keadaan
lurus.Perkenaan bola pada bagianprosimaldarilengan,diatasdaripergelangantangan danpadawaktulenganmembentuksudutsekitar 45derajatdengan badan, lengan diayunkandan
diangkat
hampirlurus.
3) Gerak
lanjutan:
Setelahayunanlenganmengenaibola,kakibelakang
melangkahke depan untuk mengambilposisisiap kembalidan
ayunan
lengan
untuk passbawahkedepantidakmelebihisudut
90derajatdengan bahu/badan.
Gambar 2.1 Rangkaian
Gerakan Passing bawah
(Yunus,
1992:84)
Berdasarkan
pendapat
tersebut menunjukkan bahwa,
prinsip dari teknik passing
bawah terdiridaritigabagianyaitusikappermulaan,gerakanpelaksanaan dangeraklanjut.Dariketigateknikpassing
bawah tersebutsaling
berkaitanantara
satusama lainnyadanharusdikoordinasikan secara baikdanharmonistidak
diputus-putuspelaksanaannya.Untukmendapatkanpassing
bawah yangbaikdan benar,makateknik-teknikpassing bawah tersebutharusdikuasaidengan baikdan
benar,
untuk memperoleh kualitas passing
bawah yangbaik
dan sempurna.
c) Kesalahanyang Sering Terjadi
pada
Passing
Bawah
Pada umumnya bagisiswa
sekolah,seringkalidalammelakukanpassing
bawah terjadikesalahan,sehinggakualitaspassingyang
dihasilkantidaksesuai yangdiharapkan. Menurut Barbara
danBonnie (1996: 21)kesalahan dalam melakukan
passing
bawah antaralain :
1)
Lengan
terlalu tinggi
ketikamemukul bola.
2)
Merendahkantubuhdenganmenekukpinggangbukanlutut,sehingga bolayangdioperkan
terlalu rendah dan
terlalu kencang.
3)
Tidakmemindahkanberatbadankearahsasaran,sehinggabolatidak bergerak kemuka.
4)
Lengan
terpisahsebelum, pada
saat atau sesaat
sesudah menerima
bola, sehinggaoperan
salah.
5)
Bolamendarat
di lengan di daerah siku,
atau
menyentuh tubuh.
Kesalahan-kesalahantersebuthendaknya
dicermatiolehguruataupelatih dansiswaagarkualitaspassinglebihbaik.Untukmemperolehpolagerakan passingbawah yang
baik
dan benar maka bila
terjadi kesalahan segera dibetulkan.LebihlanjutBarbara dan Bonnie
(1996:21) mengemukakan
caramemperbaiki kesalahan padapassing
bawah sebagai berikut :
1)
Biarkan
bolabergerak
sampai
sejajarpinggangsebelum memukulnya.
2)
Tekuk
lutut, jagapunggungtetap
lurus padasaat
beradadi
bawah bola.
3)
Pastikan
berat badan bertumpu pada
kaki depan dan tubuh membungkuk kedepan.
4)
Tetapsatukanlengandenganmenggenggamjariataumembungkus jemariyangsatu denganjemariyanglain
dengan ibu jari
sejajar.
5)
Tahan lengan padaposisisejajarpahadan
terimabolajauh dari
dada.
Hal-halsepertidiatas harus
diperhatikan olehguru atau pelatih.
Pada
umumnya
siswa
tidak mampu mengamati
letak kesalahan
yang dilakukan.
Seorangguru harusmampumemcermatisetiapbentukgerakanyang dilakukan
siswa,
sehinggaakandiketahuiletak
kesalahannya. Setiapkesalahanyang
dilakukansiswa,gurusegeramungkinuntukmembentulkangerakanyangsalah tersebut. Kesalahanyang dibiarakanakanmembentukpolagerakyangsalah,
sehinggakualitaskualitaspassing bawah yangdilakukanhasilnyatidaksesuai
yangdiharapkan.
F. Metodologi Penelitian
a.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri IV Sindangsari kecamatan Cimerak,
kabupten Ciamisuntuk mata pelajaran Penjas.Sebagai subjeknya, yaitu kelas VI pada
tahun pelajaran 2010/2011, yang terdiri atas 40 orang (19 orang siswa laki-laki
dan 21 orang siswa perempuan).Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
awal tahun ajaran baru 2010/2011, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah. Hal ini
karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar
efektif di kelas.
c.
Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus
untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah setelah menempuh langkah-langkah metode latihan.
d.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1.
Tes
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2.
Observasi
dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas/partisipasi siswa dalam
pembelajaran teknik dasar passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode Deskripsi.
3.
Wawancara
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
teknik dasar passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode Deskripsi.
4.
Diskusi
antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
e.
Teknik Analisis
Data
Data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil
belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas
siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi
dalam pembelajaran teknik dasar passing
bawah berdasarkan langkah-langkah
metode latihan dengan menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
G.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan (planning)
tindakan siklus I, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa melalui penggunaan metodelatihan.
2)
Membuat
rencana pembelajaran passing bawah melalui
penggunaan metode latihan.
3)
Membuat
lembar kerja siswa.
4)
Membuat
instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)
Menyusun
alat evaluasi pembelajaran.
2.
Pelaksanaan
Pada saat awal
siklus 1, pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan berikut.
1)
Sebagian
kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar seperti itu.
2)
Sebagian
kelompok belum memahami langkah-langkah metode latihan secara utuh dan
menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas
dilakukan upaya sebagai berikut.
1)
Guru,
secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi pembelajaran
berdasarkan langkah-langkah metode latihan dalamkelompok.
2)
Guru
membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
media permainan kartu hitung.
Pada akhir siklus I dari hasil
pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1)
Siswa
mulai terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode latihan
dalamkelompok.
2)
Siswa
mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan metode latihandalam kelompok.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi
dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)
Hasil
observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 2
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 5
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 7
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 8
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 9
|
11
|
16
|
69
|
|
2)
Hasil
observasi siklus 1 tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam
kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan
skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena
lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada
siswa bagaimana melakukan pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode latihandalam kelompok.
3)
Hasil
evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran
Selain aktivitas
guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih
tergolong kurang.Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai
62 atau 62%.
Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I
4.
Refleksi dan
Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang
terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)
Guru
belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode latihan dalam kelompok. Hal
ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya
mencapai 61,36%.
2)
Sebagian
siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode latihan
dalam kelompok. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa
dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai
69%.
3)
Hasil
evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20.
4)
Masih
ada siswa dalam suatu kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu
yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius
dalam belajar.
5)
Masih
ada siswa dalam suatu kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil
kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II
dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)
Memberikan
motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan
pembelajaran.
2)
Lebih
intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi
pengakuan atau penghargaan (reward).
b.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan Siklus II
Seperti pada siklus I, siklus IIpun terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning.
Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Perencanaan
Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada
replanning siklus I, yakni sebagai
berikut.
1)
Memberikan
motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan
pembelajaran.
2)
Lebih
intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi
pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat
perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana
pembelajaran passing bawah sudah
mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah metode latihan dalam
kelompok. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar
kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota.
2)
Sebagian
besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi
dari kelompok lain.
3)
Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
Hasil
observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel
2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
|
Skor
Perolehan
|
Skor
Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 2
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 5
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 7
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 8
|
13
|
16
|
75
|
|
Kelompok 9
|
12
|
16
|
74
|
|
2)
Hasil
observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini
berarti mengalami perbaikan dari siklus 1. Dari skor ideal 44, nilai yang
diperoleh adalah 35 atau 80%.
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus
II
3)
Hasil
evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada siklus 2 juga
tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan
adalah 70 atau 70%.
4)
Hasil
ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi
6,53. Ini berarti naik 1,05.
4.
Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun
keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)
Aktivitas
siswa dalam pembelajaran passing bawah sudah
mengarah pada langkah-langkah metode latihan dalam kelompok. Selain itu, juga siswa
sudah mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu
dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat
dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II.
2)
Meningkatnya
aktivitas siswa dalamdalam pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode latihandalam kelompok didukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana
pembelajaran. Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan
dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM
meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
3)
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil
evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4)
Meningkatnya
rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 6,53.
c.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan Siklus III
Sama halnya dengan siklus I dan siklus
II, pada siklus IIIpun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi,
refleksi.Lebih jelasnya mengenai hasil penelitian dan pembahasannya, sebagai
berikut.
1.
Perencanaan
Perencanaan pada
siklus III berdasarkan replanning
siklus II, yaitu sebagai berikut.
1)
Memberikan
motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan
pembelajaran.
2)
Lebih
intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi
pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat
perangkat yang diperlukan agar pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode latihan dalam kelompok pada siklus III makin
mudah diikuti oleh siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklusII. Adapun
kondisi yang berlangsung pada tahap ini, sebagai berikut.
1)
Suasana
pembelajaran passing bawah sudah
lebih mengarah pada langkah-langkah yang diharapkan dalam metode latihandalam
kelompok. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar
kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu
kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang
telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2)
Hampir
semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi
dari kelompok lain.
3)
Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi selama siklus III dapat
dilihat seperti pada uraian berikut.
1)
Hasil
observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode latihan dalam kelompok pada
siklus III tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 2
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 3
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 5
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 7
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 8
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 9
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
2)
Hasil
observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai
perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan.
3)
Hasil
evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi ajar dalam pembelajaran passing bawah memiliki nilai rerata 85
atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran tergolong tinggi.
4)
Hasil
ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60,
sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II 6,53.
4.
Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh
selama siklus III, sebagai berikut.
1)
Aktivitas
siswa pembelajaran passing bawah sudah
mengarah pada langkah-langkah penggunaan metode latihan dalam kelompok.Selain
itu, siswa pun sudah mampu membangun
kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai
mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya.
Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data
hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II
menjadi 85% pada siklus III.
2)
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam pembelajaran passing
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah penggunaan
metode latihan dalam kelompok. Guru secara intensif membimbing siswa, terutama
saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi
aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada
siklus III.
3)
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil
evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4)
Meningkatnya
rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53
(ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).
H.
Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode latihan dalam kelompok, akhirnya dapat
diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian
ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah
penggunaan metode latihan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran passing menempuh
kegiatan: (1) menyusun perencanaan pembelajaran passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode Latihan dalam
kelompok; (2) melaksanakan pembelajaran passing
bawah berdasarkan langkah-langkah metode latihan dalam kelompok, sesuai
dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4)
menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa
berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan
ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang
berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan
saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil
yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan
memahami perannya secara baik. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan
antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam
melakukan hal itu.
56
|
2.
Penggunaan
metode latihan dalam kelompok, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran passing
bawah. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya
pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan
materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan
tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada
saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar
masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar seperti itu,
meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada
siklus II, dan 85% pada siklus III.
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I
mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III.
3.
Faktor – faktor yang menghambat kemampuan
teknik passing bawah pada.permainan.bola.voli.di.kelas.I:
1)
Faktor kekuatan, siswi belum mampu
mengembalikan bola ketempat lawan.secara.langsung.
2)
Faktor teknik, siswi belum mampu
memahami dan menerapkan rangkaian gerakan teknik passing bawah dengan baik.
4.
Cara mengatasi teknik passing bawah bola Voli salah satu yaitu
memberikan latihan yang khusus diluar
jam sekolah tentang penerapan gerakan teknik passing bawah bola voli agar lebih banyak mencoba dan bisa
memecahkan masalah sendiri dengan bimbingan guru.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Asher. 2011. Manajemen Pengelolaan Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Ciamis:
Perpustakaan Pribadi.
Arikunto,
Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian
:Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Amung,
Toto, (2001). Pendekatan Keterampilan
Taktis Dalam Permainan Bola Voli. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas.
Depdiknas. (2008). Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.
Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal
Olahraga. Bandung. FPOK UPI.
Hidayat,
Yusup, (2008).Psikologi Olahraga. Bandung:FPOK
UPI.
Makmun,
Abinsamsudin (2005).Psikologi Pendidikan.
Bandung UPI.
Saputra,
Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas,
Kesehatan, dan Rekreasi.Bandung : FPOK UPI.
Subroto,
Toto. dkk. (2008). Teori Bermain.
Bandung. FPOK UPI.
Subroto,
Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan
dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : Sebuah Pendekatan Permainan Taktis. Depdiknas.Jakarta.
Sugiono. (2004). Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar